Mereka Terus Belajar
Orang-orang yang berprinsip terus belajar dari pengalaman-pengalaman
mereka. Mereka membaca, mengikuti pelatihan dan kursus, mendengarkan
orang lain, belajar dengan kedua telinga dan mata mereka. Mereka selalu
ingin tahu dan selalu bertanya. Mereka terus menambah kemampuan, yakni
kemampuan untuk mengerjakan banyak hal. Mereka mengembangkan ketrampilan
baru, minat baru. Mereka mendapatkan bahwa semakin banyak tahu, semakin
mereka menyadari bahwa mereka tidak tahu; bahwa saat lingkaran
pengetahuan mereka berkembang, lingkaran ketidaktahuan mereka juga
berkembang.
Mereka yakin benar dengan firman Allah berbunyi, “Allah akan meninggikan
mereka yang beriman diantara kamu dan mereka yang berilmu dengan
ketinggian beberapa derajat. “Mereka senantiasa ingat dengan pesan
Rasulullah saw. “Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga ke liang kubur.”
Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.” Serta sabda beliau,
mereka yang menuntut ilmu berada di jalan Allah hingga kembali.” Mereka
ingat dan memahami kehidupan para sahabat dan salafunas shaliha, yang
kehebatannya terpancar ke seluruh dunnia berkat kehidupan mereka yang
dihiasi dengan ilmu. Mulailah dengan janji-janji kecil pada diri anda sendiri, terus
penuhi janji itu sampai anda measa bahwa anda sedikit lebih mampu
mengendalikan diri. Kemudian lanjutkan dengan tentangan berikutnya:
Mereka Berorientasi pada Pelayanan
Orang-orang yang berjuang untuk menjadi berprinsip melihat kehidupan sebagai suatu misi, tidak sebagai karir. Sumber-sumber pertumbuhan mereka telah mempersiapkan mereka untuk melayani. Hasilnya, setiap pagi mereka “mengendalikan” dan mengenakan kendali pelayanan, memikirkan orang lain. Mereka ingat dengan nasihat Rasululah saw. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya untuk manusia.
Orang-orang yang berjuang untuk menjadi berprinsip melihat kehidupan sebagai suatu misi, tidak sebagai karir. Sumber-sumber pertumbuhan mereka telah mempersiapkan mereka untuk melayani. Hasilnya, setiap pagi mereka “mengendalikan” dan mengenakan kendali pelayanan, memikirkan orang lain. Mereka ingat dengan nasihat Rasululah saw. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya untuk manusia.
Bayangkan diri anda setiap pagi memasang kendali, mengenakan kendali
pelayanan dalam berbagai pelayanan anda. Bayangkan anda mengambil tali
kekang dan mengenakannya di pinggagn saat Anda bersiap-siap mengerjakan
tugas yang dibebankan kepada anda pada hari itu. Bayangkan diri anda
mempersilakan orang lain untuk menyesuaikan kekang atau kendali.
Bayangkan anda terhubung pada orang lain disisi anda, rekan kerja atau
pasangan hidup dan belajar untuk menarik kekang bersama-sama. Prinsip pelayanan ini saya tekankan karena saya meyakini bahwa usaha
utuk menjadi yang berprinsip tanpa mau memikul beban pasti akan menemui
kegagalan. Boleh saja kita mencobanya sebagai suatu usaha intelektual
atau moral belaka, tapi semuanya akan mubazir apabila tidak dibarengi
rasa tanggung jawab, pelayanan, sumbangshi dan adanya beban yang harus
dipikul.
Mereka Memancarkan Energi Positif
Air muka orang yang berprinsip itu riang, menyenangkan dan bahagia.
Sikap mereka optimis, positif dan bergairah. Semangat mereka antusias,
penuh harap dan mempercayai. Mereka ingat dengan pesan Rasulullah saw
“Senyummu dihadapan saudaramu adalah sodaqah”. Energi positif ini seperti medan energi atau aura yang mengeillingi
mereka dan juga mengisi atau menambah medan energi negatif di sekitar
mereka. Mereka juga menarik damn memperbesar medan energi positif yang
lebih kecil. Apabila mereka bertemu dengan sumber energi negatif yang
kuat, mereka akan menetralisir atau menyingkiri energi negatif itu.
Kadang kala mereka langsung meninggalkannya dan berjalan menjauh dari
orbitnya yang beracun. Sikap bijak memberi mereka kemampuan untuk
mengetahui kekuatan energi negatif itu sekaligus rasa humor dan
pengetahuan akan wakatu yang tepat untuk menanganinya.
Mereka Mempercayai Orang Lain
Orang-orang yagn berprinsip tidak bereaksi berlebihan pada prilaku
negatif, kritikan atau kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak
merasa hebat ketika menemukan kelemahan-kelemahan orang lain. Mereka
tidak naïf; mereka sadar akan kelemahan. Namun mereka menyadari bahwa
prilaku dan potensi adalah dua hal yang berbeda. Mereka percaya orang
mempunyai potensi yang tak nampak. Mereka mensyukuri kelebihan mereka
dan merasa wajar untuk dengan tulus memaafkan dan melupakan kekasaran
orang lain. Mereka tidak berkeluh kesah. Mereka tidak mau mencap oran
lain, mencirikan orang mengkotak-kotakkan dan berprasangka. Mereka lebih
memilih untuk melihat potensi yang terpendam pada setiap orang dan
memahami proses untuk membuat potensi itu terwujud. Mereka yakin bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kekurangan itu disebabkan potensi yang belum berkembang. Lihatlah bahwa
Rasulullah mengutamakan musyawarah dalam segala urusan dan Islam
menjadikan prinsip ini asas dalam pembangunan Islam. Ingatlah dengan firman Allah, “Dan bermusyawarahlah denagn mereka dalam suatu urusan…”.
Mereka Hidup Seimbang
Mereka membaca literatur dan majalah terbaik dan selalu mengikuti
berita dan kejadian terkini. Mereka aktif dalam kegiatan sosial dan
mempunyai banyak teman dan beberapa teman kepercayaan. Mereka secara
intelektual aktif dan mempunyai banyak minat. Membaca , melihat,
mengamati dan belajar. Dalam batas-batas umum dan kesehatan, mereka
aktif secara fisik. Menikmati saat-saat nenyenangkan. Memiliki selera
humor yang sehat, khususnya dapat menertawakan diri sendiri dn bukan
orang lain. Anda dapat merasakan bahwa mereka memiliki rasa hormat yang
sehat dn kejujuran pada mereka sendiri. Mereka sadar akan martabat mereka sendiri, yang terlihat dalam
semangat dan integritas mereka dan dalam sikap mereka yang tidak perlu
menyombongkan diri, ,memutuskan hubungan, berlindung dibalik harta
milik, identitas, gelar atau prestasi yang terdahulu. Mereka terbuka
dalam berkomunikas, sederhana, lugas,tidak manipulatif, mereka juga
dapat merasakan apa yang patut, bagi mereka lebih baik kurang daripada
melebih-lebihkan. Mereka tidak membagi segala sesuatu menjadi dua bagian, yakni
memandang segala sesuatu sebagai baik atau buruk, sebagai ini atau itu.
Mereka berpikir dalam kerangka kontinum, prioritas dan hirarki. Mereka
mempunyai daya untuk membedakan, untuk merasakan kesamaan dan perbedaan
dalam setiap situasi. Tidak berarti bahwa mereka memandang segala
sesuatu dalam kerangka etika situsional. Mereka benar-benar memahami
hal-hal yang absolut dan berani mengutuk yang buruk dan mendukung yang
baik. Mereka yakin bahwa kehidupan yang seimbang merupakan bagian dari asas
Islam bukan sekedar hukum alam. Artinya keseimbangan itu akan membawa
kebaikan yang abadi.
Mereka Melihat Hidup Sebagai Suatu Petualangan
Mereka menghayati bagaimana sikap Thariq bin Ziyad dan pasukannya
ketika melakukan ekspedisi ,mereka dalam penaklukan Spanyol. Mereka
seakan menjadikan misi mereka sebagai petualangan yang mengasyikan.
Mereka sudah merasakan kemenangan sebelum pertempuran dan kesuksesasn
sebelum aktivitas. Orang-orang yang berprinsip menikmati hidup. Oleh kareana rasa aman
mereka datang dari dalam, tidak dari luar, mereka tidakk perlu
mengkotak-kotakkan orang dan menyamaratakan segala sesuatu dan semua
orang dalam hidup ini untuk memperoleh rasa kepastian. Mereka selalu
melihat kenalan lama dengan semengat baru, melihat pemandangan lama
seperti baru pertama kali dilihat. Mereka seperti penjelajah gagah
berani yang melakukan ekspedisi di daerah yang belum dikenal; mereka
benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi mereka yakin bahwa
ekspredisi ini akan menarik dan menghasilkan pertumbuhan dan bahwa
mereka akan menemukan wilayah baru dan menyumbangkan hal-hal baru. Rasa
aman mereka terlelatak pada inisiatif mereka, ketrampilan, kreataifitas,
kemauan, keberanian, dinamika dan kecerdikan mereka dan bukan pada
keamanan, perlindungan dan kelimpahan kediaman mereka atau pada
daerah-daerah kenyamanan mereka. Mereka selalu memberi parhatian pada
orang lain setiap kai bertemu, selalu tertarik. Mereka mengajukan
pertanyaan dan melibatkan diri. Mereka benar-benar memperhatikan saat
mendengarkan. Mereka belajar dari orang-orang itu. Mereka tidak mencap oranng-orang itu berdasarkan pada kesuksesan atau
kegagalan masa lalu. Mereka melihat tak seorang pun benar-benar luar
biasa.Mereka tidak terlalu kagum pada tokoh-tokoh puncak pemerintahan
atau selebriti. Merea tidak mau menajadi pengikut siapapun.Mereka pada
dasarnya tidak dapat dipengaruhi dan mampu untuk menyesuaikan diri pada
hampir semua hal yang sedang terjadi. Salah satu prinsip baku mereka
adalah fleksibilitas. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang
berkelimpahan.
Mereka Sinergistik
Sinergi dalah suatu keadaan ketika keseluruhan melebihi jumlah dari
semua bagian. Orang-orang yang berprinsip sinergistik, mereka adalah
katalis perubahan. Mereka memperbaiki hampir situasi yang melibatkkan
mereka. Mereka bekerja secerdik seperti mereka bekerja keras. Mereka
luar biasa produktif, tetapi dalam cara-cara baur dan kreatif. Dalam kerjasama kelompok mereka menyumbangkan kekuatan dan berusaha
keras untuk memprbaiki kelemahan mereka dengan kelemahan orang lain.
Pendelegasian untuk memperoleh hasil adalah mudah dan alamiah bagi
mereka sebab mereka percaya pada kekuatan dan kemampuan orang lain. Dan
karena mereka tidak terancam oleh kenyataan bahwa orang lain itu lebih
baik dalam beberapa hal, mereka tidak merasa perlu untuk mengawasi
dengan ketat. Mereka ingat dengan pesan Rasulullah yang mengatakan
bahwa, Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada mukmin yang lemah dan keduanya adalah baik”.
Mereka Berlatih Untuk Memperbaharui Diri
Mereka Berlatih Untuk Memperbaharui Diri
Pada akhirnya mereka secara teratur melatih keempat dimensi
kepribadian manusia: fisik, emosi dan spiritual. Mereka melatih pikiran
dengan membaca, dengan pemecahan masalah secara kreatif, menulis dan
memvisualisasikan.Secara emosional mereka berusaha untuk menjadi sabar, untuk mendengarkan orang lain dengan empati yang tulus,
untuk mencintai dengan tulus dan menerima tanggung jawab untuk
kehidupan, keputusan dan tindakan-tindakan mereka sendiri. Secara
spiritual mereka memusatkan pada doa, studi ayat suci (tadabbur),
tafakur dan berpuasa. Perhatikanlah QS. Ali Imran ayat 190-191.
Semoga bermanfaat
Penulis: Hasan Anwar
Penulis: Hasan Anwar
0 komentar:
Posting Komentar