Engkau berhasil melakukannya dalam waktu 30 hari saja.
Namun aku tak berhasil melakukan hal yang sama dalam rentang waktu 30 tahun.”
Buliran air mata sang ibu pun mengalir sejuk menulusuri dan membasahi pipinya.
Menantu shalehah itu pun berujar:
“Wahai ibunda, apakah bunda pernah mendengar kisah sebuah batu besar dan harta karun?”
“Dikisahkan,” lanjut sang menantu,
“bahwa ada sebuah batu besar yang menghalangi jalan umum para penduduk.
Datanglah seorang pemuda ingin menyingkirkannya dengan cara memecahkannya.
Dengan sebuah kapak pemecah batu dia berusaha melakukannya hingga tibalah pada pukulan dan hentakan ke-99.
Ia pun menyerah dan beristirahat. Lalu datanglah pemuda lain untuk membantunya.
Sepakatlah keduanya untuk bekerja sama hingga batu tersebut pecah menjadi beberapa keping tepat pada pukulan ke-100.
Ternyata di bawahnya terdapat lubang yang menampung harta karun berupa emas. Karena keduanya memperebutkan harta karun tersebut, keduanya pun menemui seorang hakim untuk menyelesaikan urusan ini.
Pemuda pertama berkata kepada sang hakim:
“Berikanlah aku sebagian besar harta karun ini. Aku telah berusaha memecahkan batu besar hingga pukulan ke-99 hingga aku beristirahat.”
Pemuda kedua menuturkan tak mau kalah:
“Semuanya untukku. Karena akulah batu itu terpecahkan.”
Sang hakim yang arif lagi bijak itu pun berujar kepada pemuda pertama:
“Ini untukmu 99 bagian harta karun. Kalau tak ada 1 pukulan terakhir maka batu tak akan pecah.”
Kepada pemuda kedua, beliau menuturkan:
“Ini untukmu satu bagian hartu karun. Kalau tak ada 99 pukulan pertama maka batu tak akan pecah.””
Setelah mengisahkan ini, sang menantu shalehah tersebut kembali berujar:
“Bunda, betapa banyak upaya yang telah bunda lakukan dan usahakan namun belum berhasil seutuhnya.
Allah menghendaki bahwa orang lain lah yang menyempurnakan apa yang bunda awali.
(Kalau bukan karena Allah) lalu apa yang bunda awali pertama kali beberapa tahun lalu maka tak sempurna apa yang bunda lihat kini.”
Fachrian Almer Akiera
0 komentar:
Posting Komentar