Kamis, 14 November 2013

Imam Shalat

Menjadi Imam Shalat 

Mengamati hal-hal yang dianggap remeh memang terlihat seperti pekerjaan yang sia-sia. Pernyataan ini bisa benar bisa juga tidak. Intinya, tergantung masalah apa yang kita perhatikan. Kalau berhubungan dengan kehidupan dunia mungkin sebuah masalah bisa dikategorikan sebagai masalah yang berat bisa juga sebagai masalah yang ringan. Akan tetapi, jika yang dihadapi adalah masalah akhirat maka tak ada kata remeh dalam masalah tersebut karena akhirat adalah negeri abadi yang akan kita tentukan dengan kerja-kerja nyata di alam fana ini.

Sepintas menjadi imam saat shalat berjamaah di masjid adalah hal yang lumrah atau ada malah ada yang menganggapnya sepele. Namun, ternyata ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang imam. Untuk menjadi imam shalat tidak melulu menunggu ditunjuk dan juga bukan dengan cara berinisiatif, melainkan dengan pengetahuan yang jelas dan pasti tentang syarat dan kriteria untuk menjadi imam. 

Secara umum, orang yang harus dipilih menjadi imam shalat adalah orang yang paling fakih dalam urusan agama, terutama dalam masalah shalat. Selain itu, para ulama juga menyebutkan imam adalah seorang yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya, juga yang paling baik bacaannya. Para ulama telah berhasil membuat peringkat siapa saja yang paling berhak menjadi imam dalam shalat. Misalnya dalam madzhab Hanafiyah disebutkan peringkat untuk menjadi seorang imam adalah sebagai berikut :
  1. Orang yang paling baik bacaannya
    Di antara syarat yang paling utama untuk menjadi imam dalam shalat berjamaah adalah orang yang paling baik bacaannya atau disebut dengan aqra’uhum. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits beliau:
Dari Abi Mas’ud Al-Anshari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang menjadi imam shalat bagi manusia adalah yang paling baik bacaan kitabullahnya (Al-Qur`an Al-Karim). Bila mereka semua sama kemampuannya dalam membaca Al-Quran, maka yang paling banyak pengetahuannya terhadap sunnah.(H.R. Jama’ah kecuali Bukhari)

Dari Abu Masna Al-Badri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jama’ah di imami oleh yang lebih pandai membaca Kitab Allah. Jika sama-sama pandai dalam membaca Kitab Allah, maka oleh yang lebih alim tentang sunnah. Jika sama-sama pula, maka oleh yang lebih tua.(H.R. Muslim dan Abu Dawud)

Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan aqra’uhum adalah yang paling paham, yakni yang paling paham dalam masalah agama, terutama dalam masalah shalat.
  1. Orang yang paling wara’
    Lalu peringkat berikutnya adalah orang yang paling wara’, yaitu orang yang paling menjaga dirinya agar tidak jatuh dalam masalah syubhat.
Dari Abi Martsad Al-ghanawi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rahasia diterimanya shalat kamu adalah yang jadi imam (seharusnya) ulama di antara kalian. Karena para ulama itu merupakan wakil kalian kepada Tuhan kalian.(H.R. At-Thabrani dan Al-Hakim)

Dari Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadikanlah orang-orang yang terpilih di antara kamu sebagai imam; karena mereka adalah orang-orang perantaraan kamu dengan Tuhanmu.(H.R. Ad-Daruqutni)

Apabila seseorang menjadi imam …, padahal di belakangnya ada orang-orang yang lebih utama daripadanya, maka semua mereka dalam kerendahan terus-menerus.(H.R. Ahmad)
  1. Orang yang lebih tua usianya
    Peringkat berikutnya adalah yang lebih tua usianya. Dengan pertimbangan bahwa orang yang lebih tua umumnya lebih khusyu` dalam shalatnya. Selain itu memang ada dasar hadits berikut:
Hendaklah yang lebih tua diantara kalian berdua yang menjadi imam.” (H.R. Imam yang enam)
Apabila derajat mereka semua sama, maka boleh dilakukan undian. Intinya kita dapat ambil bahwa syarat yang paling utama dari imam itu adalah yang paling baik bacaannya dan paling paham dalam hukum-hukum shalat.
Setelah menyaksamai hal-hal tersebut, ternyata tidak mudah menjadi seorang imam. Ironisnya syarat-syarat tersebut kadang tak terpenuhi. Alhasil imam yang maju adalah orang yang dituakan walau bacaan Al-Qur'annya masih jauh dari kaidah ilmu tajwid. Atau terkadang yang maju adalah seorang anak muda yang bacaannya bagus, namun sikapnya belum bisa dijadikan teladan bagi jamaah shalat (bahkan terkadang ada kesan meremehkan orang lain). Semoga kita terhindar dari hal-hal tersebut sehingga yang menjadi imam adalah orang yang memang pantas dan berhak menjadi imam.

Nah, mulai hal-hal yang terlihat sepele ini ternyata kita bisa belajar hal-hal besar, di mana kita wajib menaatinya selaku pengikut Rasulullah Saw. Semoga kita bisa melaksanakan apa yang beliau ajarkan, baik dengan ringan ataupun berat hati. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan bagi kita dalam melaksanakan ajaran-Nya. Amin.


0 komentar:

Posting Komentar