Kamis, 14 November 2013

Dizalimi

Sebuah Pengalaman.
Kiat Meraih Sukses Setelah Dizalimi

Apakah anda marah bila dikerjain? Ingin balas dendam? Mau menghukum sepuasnya? Setelah itu, apa hasilnya untuk Anda? TIDAK ADA! Sama sekali tidak ada! Anda telah gagal memanfaatkan peluang untuk meraih sukses dengan kesabaran. Bisa jadi suatu sukses besar yang tak disangka-sangka.

Dengan kesabaran dan Jiwa Besar.

Tapi kebanyakan dari kita terdorong untuk segera membalas, untuk saling menyakiti yang akhirnya berbuntut permusuhan. Seperti anak kecil tanpa kesabaran. Anda akan bersikeras, “Apanya yang salah? Itu kan hak saya.”

Betul kawan, itu hak Anda untuk membalas. Tapi bukan topik pembalasan dan hak balas menghukum yang sedang kita diskusikan di sini. Saya ajak Anda semua bicara tentang salah satu kunci sukses melalui pintu-pintu kesabaran, jiwa besar, dan memaafkan. Pengalaman hidup saya pribadi banyak belajar dari kisah-kisah sukses dengan mengembangkan sikap sabar ketika dikerjain, dizalimi, dikhianati, dll.  Saya belajar dari orang-orang besar yang semuanya punya jiwa besar. Semuanya punya kesabaran yang sangat besar.

Mau Nyingkirin Orang Malah Tersingkir Sendiri 

Suatu saat saya berkali-kali dikerjain oleh salah satu Direktur Keuangan di kantor yang sengaja bikin saya tidak betah agar saya mengundurkan diri. Dia selalu melengos kalo melihat saya. Saya dibuatnya resah, tapi saya tidak peduli. Saya tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, menyapanya dengan sopan seolah tidak ada masalah. Saya yakin ulahnya itu akan mendorongnya untuk melakukan kesalahan lebih besar. Suatu kesalahan yang fatal. Dan hal itu terbukti.

Setelah satu tahun kenyang ngerjain saya, tiba-tiba dia tersandung kasus. Kebetulan saya ditugasi big boss untuk mengusut. Habislah karier dia karena hasil pengusutan saya tak bisa dia pungkiri. Dia yang tadinya jadi anak emas big boss akhirnya disingkirkan dengan kurang terhormat. Saya dapat promosi jabatan, Justru setelah dikerjain supaya tersingkir. Sejak itu dia berusaha baikan dengan saya, padahal saya tetap seperti kemarin-kemarin: selalu menyapa dan beri hormat sepantasnya seolah kami tak pernah ada masalah.

Mencuri Karya Cipta Berbuntut Tercuri Masa Depan 

Sepuluh tahun yang lalu. Hasil karya cipta saya dicuri kawan sejawat yang mengisi posisi jabatan yang saya tinggalkan karena undur diri. Software system yang saya buat sendiri sejak awal 1991 dia poles sedikit dengan ganti warna tampilan di layar lalu diakui sebagai karya asli si dia. Saksi-saksi ratusan orang di kantornya ngedumel dan mengutuk ulahnya.

Saya tahu dan saya marah, tapi saya diamkan. Saya sering ketemu dan bertegur sapa seolah tak ada masalah. Saya yakin ulahnya akan berbuntut kepada kesalahan yang lebih fatal. Dan hal itu kembali terbukti.

Si dia nekad menjual software tersebut untuk dirinya sendiri, seakan karya ciptaannya. Kebetulan si calon pembeli adalah kawan lama saya yang tahu persis bahwa software tersebut buatan saya. Kawan lama tersebut jadi ingat kepada saya dan mencari tahu keberadaan saya. Begitu ketemu, saya dikontrak untuk update software dengan nilai tinggi. Alhamdulillah, pas lagi sepi order… datang rejeki tak terduga. Pas lagi terpuruk datang kabar gembira. Dapur kembali ngebul. Justru setelah dikerjain.

Bulan berikutnya, si dia di-PHK dengan tidak hormat karena ketahuan menggelapkan uang kantor dan main mark-up dengan supplier. Tak lama kemudian terjadi pergantian direksi. Kebetulan big bossnya adalah kawan seperjuangan saya dulu. Saya pun dipanggil kembali untuk update software. Kedatangan saya disambut meriah oleh karyawan bak pahlawan pulang dari perang. Sungguh mengharukan.

Tak disangka, saya akan kembali berdinas di kantor lama padahal sudah di-black-list selama 5 tahun dengan tuduhan macam-macam tanpa minta penjelasan dari saya. Come back-nya saya sekaligus menghapus semua fitnah. Salah satu kawan sejawat bilang, “Yang hak dan yang bathil akhirnya ketahuan juga.”

Puji syukur Tuhan, saya yang sedang berjuang memperbaiki reputasi dan nama baik akhirnya tercapai dengan cespleng. Justru setelah dikerjain.

Orang-orang Besar, Orang-orang Sabar 

Ulama-ulama besar banyak sependapat bahwa kalau diibaratkan iman adalah tubuh maka sabar adalah kepala. Umat Islam tentu ingat bagaimana Rasulullah pernah saben hari diludahi dari loteng oleh seorang warga bila beliau jalan menuju masjid. Beliau tidak membalas. Dan akhirnya si peludah masuk Islam dan jadi umat yang shaleh. Bangsa Indonesia tak lupa sejarah Bung Karno yang dipenjara kesana-kemari. Hal itu dilaluinya dengan sabar, lalu jadi orang besar kelas dunia. Begitu juga Nelson Mandela dari Afrika Selatan yang dengan sabar berjuang meski di penjara selama 25 thn.

Doakan yang Baik-Baik Kepada yang Menzailimi 

Rasulullah, pada contoh kisah di atas, tidak ada upaya balas meludahi.  Beliau justru rajin mendoakan agar si peludah beserta anak keturunannya menjadi warga yang saleh dan terhormat. Bahkan beliau datang menjenguk ketika si peludah jatuh sakit. Beliau tidak mendoakannya agar celaka dan dihukum berat karena kurang ajar kepada nabi utusan Allah.
Beliau adalah orang besar dengan jiwa besar. 

Bukan politisi dan selebriti berjiwa kerdil: yang sedikit dicolek aja lalu membawa perkara ke pengadilan dengan dalil perbuatan yang tidak menyenangkanlah dalil pencemaran nama baiklah cengeng amat! Dr.Aidh Al Qarni, pengarang La Tahzan yang populer itu, mengatakan bahwa perkara besar itu urusan kecil di mata orang yang berjiwa besar, dan perkara kecil itu urusan besar di mata orang yang berjiwa kerdil. Kita tahu bahwa kalau mau tiap hari ada saja hal-hal yang bisa diperkarakan. Kalau kita kebanjiran perkara tiada henti lalu kapan hidup bahagia dan mencetak prestasi? Lalu kapan bisa menikmati hidup ini? Sekali lagi…saya mengajak Anda untuk meningkatkan kesabaran, khususnya bagi Anda yang berjuang mengubah nasib, seperti yang pernah saya alami dulu, saat meniti karir dari nol besar jadi Office Boy tahun 1983. Jangan tergoda untuk membalas jika disakiti. 

Kita hanya perlu beri peringatan kepada yang menzalimi. Kalo dia curi ayam dari rumah Anda, apakah Anda balas curi ayamnya juga? Saya ingatkan bahwa yang wajib kita penuhi adalah tanggung jawab kita. Sedangkan hak-hak kita tidak wajib diambil semua pada setiap saat. Bila perlu, disedekahkan kepada yang lain. Kesabaran diuji ketika hak-hak kita diambil orang seperti pada contoh kisah Bung Karno dan Nelson Mandela di atas. Dan jika kita mampu bertahan dengan kesabaran sambil terus mencetak prestasi dengan moralitas yang baik maka semua hak dan kemulian akan datang sendiri. Bahkan dengan cerita sukses yang jauh lebih dahsyat dari perkiraan kita.

Memaafkan dan Tuhan Mengampunimu

Jika pintu maaf terbuka lebar di dalam hati kita maka pintu ampunan dari Allah Yang Maha Besar terbuka lebih besar dan lebih luas lagi. Memaafkan kesalahan orang lain yang membawa kesejukan itu pada akhirnya akan sangat menyejukkan hati si pemaaf, sekaligus membawa berkah dan rejeki lahir batin yang melimpah ruah dan dari arah yang tak disangka-sangka sebagai ganjaran dari Allah SWT Yang Maha Pengasih Dan Maha Pemurah.

Hanya orang-orang sabar yang punya pintu maaf yang besar. Dan hanya orang besar yang tahu pentingnya sabar dan maaf. Saya sedang belajar seperti itu… 

Semoga bermanfaat.
Wassalam.

0 komentar:

Posting Komentar