Sebuah Pengalaman.
Kiat Meraih Sukses Setelah Dizalimi
Apakah anda marah bila dikerjain? Ingin balas dendam? Mau menghukum
sepuasnya? Setelah itu, apa hasilnya untuk Anda? TIDAK ADA! Sama sekali
tidak ada! Anda telah gagal memanfaatkan peluang untuk meraih sukses
dengan kesabaran. Bisa jadi suatu sukses besar yang tak disangka-sangka.
Dengan kesabaran dan Jiwa Besar.
Tapi kebanyakan dari kita terdorong untuk segera membalas, untuk
saling menyakiti yang akhirnya berbuntut permusuhan. Seperti anak kecil
tanpa kesabaran. Anda akan bersikeras, “Apanya yang salah? Itu kan hak saya.”
Betul kawan, itu hak Anda untuk membalas. Tapi bukan topik pembalasan
dan hak balas menghukum yang sedang kita diskusikan di sini. Saya ajak
Anda semua bicara tentang salah satu kunci sukses melalui pintu-pintu
kesabaran, jiwa besar, dan memaafkan. Pengalaman hidup saya pribadi
banyak belajar dari kisah-kisah sukses dengan mengembangkan sikap sabar
ketika dikerjain, dizalimi, dikhianati, dll. Saya belajar dari
orang-orang besar yang semuanya punya jiwa besar. Semuanya punya
kesabaran yang sangat besar.
Mau Nyingkirin Orang Malah Tersingkir Sendiri
Suatu saat saya berkali-kali dikerjain oleh salah satu Direktur
Keuangan di kantor yang sengaja bikin saya tidak betah agar saya
mengundurkan diri. Dia selalu melengos kalo melihat saya. Saya dibuatnya
resah, tapi saya tidak peduli. Saya tetap bekerja dengan
sebaik-baiknya, menyapanya dengan sopan seolah tidak ada masalah. Saya
yakin ulahnya itu akan mendorongnya untuk melakukan kesalahan lebih
besar. Suatu kesalahan yang fatal. Dan hal itu terbukti.
Setelah satu tahun kenyang ngerjain saya, tiba-tiba dia tersandung kasus. Kebetulan saya ditugasi big boss untuk mengusut. Habislah karier dia karena hasil pengusutan saya tak bisa dia pungkiri. Dia yang tadinya jadi anak emas big boss akhirnya disingkirkan dengan kurang terhormat. Saya dapat promosi jabatan, Justru setelah dikerjain supaya tersingkir. Sejak itu dia berusaha baikan dengan saya, padahal saya tetap seperti kemarin-kemarin: selalu menyapa dan beri hormat sepantasnya seolah kami tak pernah ada masalah.
Setelah satu tahun kenyang ngerjain saya, tiba-tiba dia tersandung kasus. Kebetulan saya ditugasi big boss untuk mengusut. Habislah karier dia karena hasil pengusutan saya tak bisa dia pungkiri. Dia yang tadinya jadi anak emas big boss akhirnya disingkirkan dengan kurang terhormat. Saya dapat promosi jabatan, Justru setelah dikerjain supaya tersingkir. Sejak itu dia berusaha baikan dengan saya, padahal saya tetap seperti kemarin-kemarin: selalu menyapa dan beri hormat sepantasnya seolah kami tak pernah ada masalah.
Mencuri Karya Cipta Berbuntut Tercuri Masa Depan
Sepuluh tahun yang lalu. Hasil karya cipta saya dicuri kawan sejawat
yang mengisi posisi jabatan yang saya tinggalkan karena undur diri.
Software system yang saya buat sendiri sejak awal 1991 dia poles sedikit
dengan ganti warna tampilan di layar lalu diakui sebagai karya asli si
dia. Saksi-saksi ratusan orang di kantornya ngedumel dan mengutuk
ulahnya.
Saya tahu dan saya marah, tapi saya diamkan. Saya sering ketemu dan
bertegur sapa seolah tak ada masalah. Saya yakin ulahnya akan berbuntut
kepada kesalahan yang lebih fatal. Dan hal itu kembali terbukti.
Si dia nekad menjual software tersebut untuk dirinya sendiri, seakan
karya ciptaannya. Kebetulan si calon pembeli adalah kawan lama saya yang
tahu persis bahwa software tersebut buatan saya. Kawan lama tersebut
jadi ingat kepada saya dan mencari tahu keberadaan saya. Begitu ketemu,
saya dikontrak untuk update software dengan nilai tinggi. Alhamdulillah,
pas lagi sepi order… datang rejeki tak terduga. Pas lagi terpuruk datang kabar gembira. Dapur kembali ngebul. Justru setelah dikerjain.
Bulan berikutnya, si dia di-PHK dengan tidak hormat karena ketahuan
menggelapkan uang kantor dan main mark-up dengan supplier. Tak lama
kemudian terjadi pergantian direksi. Kebetulan big bossnya adalah kawan
seperjuangan saya dulu. Saya pun dipanggil kembali untuk update
software. Kedatangan saya disambut meriah oleh karyawan bak pahlawan
pulang dari perang. Sungguh mengharukan.
Tak disangka, saya akan kembali berdinas di kantor lama padahal
sudah di-black-list selama 5 tahun dengan tuduhan macam-macam tanpa
minta penjelasan dari saya. Come back-nya saya sekaligus menghapus semua
fitnah. Salah satu kawan sejawat bilang, “Yang hak dan yang bathil akhirnya ketahuan juga.”
Puji syukur Tuhan, saya yang sedang berjuang memperbaiki reputasi dan
nama baik akhirnya tercapai dengan cespleng. Justru setelah dikerjain.
Orang-orang Besar, Orang-orang Sabar
Ulama-ulama besar banyak sependapat bahwa kalau diibaratkan iman
adalah tubuh maka sabar adalah kepala. Umat Islam tentu ingat bagaimana
Rasulullah pernah saben hari diludahi dari loteng oleh seorang warga
bila beliau jalan menuju masjid. Beliau tidak membalas. Dan akhirnya si
peludah masuk Islam dan jadi umat yang shaleh. Bangsa Indonesia tak lupa
sejarah Bung Karno yang dipenjara kesana-kemari. Hal itu dilaluinya
dengan sabar, lalu jadi orang besar kelas dunia. Begitu juga Nelson
Mandela dari Afrika Selatan yang dengan sabar berjuang meski di penjara
selama 25 thn.
Doakan yang Baik-Baik Kepada yang Menzailimi
Rasulullah, pada contoh kisah di atas, tidak ada upaya balas
meludahi. Beliau justru rajin mendoakan agar si peludah beserta anak
keturunannya menjadi warga yang saleh dan terhormat. Bahkan beliau
datang menjenguk ketika si peludah jatuh sakit. Beliau tidak
mendoakannya agar celaka dan dihukum berat karena kurang ajar kepada
nabi utusan Allah.
Beliau adalah orang besar dengan jiwa besar.
Bukan politisi dan
selebriti berjiwa kerdil: yang sedikit dicolek aja lalu membawa perkara
ke pengadilan dengan dalil perbuatan yang tidak menyenangkanlah dalil
pencemaran nama baiklah cengeng amat! Dr.Aidh Al Qarni, pengarang La Tahzan yang populer itu,
mengatakan bahwa perkara besar itu urusan kecil di mata orang yang
berjiwa besar, dan perkara kecil itu urusan besar di mata orang yang
berjiwa kerdil. Kita tahu bahwa kalau mau tiap hari ada saja hal-hal
yang bisa diperkarakan. Kalau kita kebanjiran perkara tiada henti lalu
kapan hidup bahagia dan mencetak prestasi? Lalu kapan bisa menikmati
hidup ini? Sekali lagi…saya mengajak Anda untuk meningkatkan kesabaran,
khususnya bagi Anda yang berjuang mengubah nasib, seperti yang pernah
saya alami dulu, saat meniti karir dari nol besar jadi Office Boy tahun
1983. Jangan tergoda untuk membalas jika disakiti.
Kita hanya perlu beri
peringatan kepada yang menzalimi. Kalo dia curi ayam dari rumah Anda,
apakah Anda balas curi ayamnya juga? Saya ingatkan bahwa yang wajib kita penuhi adalah tanggung jawab
kita. Sedangkan hak-hak kita tidak wajib diambil semua pada setiap saat.
Bila perlu, disedekahkan kepada yang lain. Kesabaran diuji ketika
hak-hak kita diambil orang seperti pada contoh kisah Bung Karno dan
Nelson Mandela di atas. Dan jika kita mampu bertahan dengan kesabaran
sambil terus mencetak prestasi dengan moralitas yang baik maka semua hak
dan kemulian akan datang sendiri. Bahkan dengan cerita sukses yang jauh
lebih dahsyat dari perkiraan kita.
Memaafkan dan Tuhan Mengampunimu
Jika pintu maaf terbuka lebar di dalam hati kita maka pintu ampunan
dari Allah Yang Maha Besar terbuka lebih besar dan lebih luas lagi.
Memaafkan kesalahan orang lain yang membawa kesejukan itu pada akhirnya
akan sangat menyejukkan hati si pemaaf, sekaligus membawa berkah dan
rejeki lahir batin yang melimpah ruah dan dari arah yang tak
disangka-sangka sebagai ganjaran dari Allah SWT Yang Maha Pengasih Dan
Maha Pemurah.
Hanya orang-orang sabar yang punya pintu maaf yang besar. Dan hanya
orang besar yang tahu pentingnya sabar dan maaf. Saya sedang belajar
seperti itu…
Semoga bermanfaat.
Wassalam.
0 komentar:
Posting Komentar