Jumat, 08 November 2013

Tujuan Kita Dihidupkan

Ibadah
Kala Lelah menghadapi aneka masalah, seseorang yang awam bertanya, "sesungguhnya apakah tujuan kita dihidupkan?" Orang-orang yang menderita penyakit parah berkepanjangan juga melontarkan pertanyaan serupa. Namun pertanyaan tersebut di luar dugaan beberapa kali terlontar pula dari orang-orang yang kaya-raya.

Padahal mereka punya rumah mewah, beberapa mobil mahal, uangnya melimpah, dan hampir setiap hari berfoya-foya. Tetapi ternyata rutinitas yang menggembirakan itu tidak selamanya membuatnya bahagia. Malahan menjadikan mereka bosan. Pada batas kesadarannya, mereka pun mengajukan pertanyaan yang sama. 

"Sebenarnya apakah tujuan hidup kita?" Hanya orang-orang yang beriman yang memahami bahwa tujuan hidupnya adalah untuk beribadah. 

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. 51 /Adz- Dzariyat: 56) "(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya." (QS. 19/Maryam: 65)

Jelaslah dalam keadaan bagaimana pun, orang-orang beriman menyadari tujuan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Jika miskin ia akan berusaha sekuat tenaga mencari nafkah, karena bekerja itu terhitung ibadah. Apabila kaya-raya, ia juga bisa memanfaatkan harta-bendanya untuk beribadah kepada-Nya. Yakni dengan membantu meringankan beban fakir miskin, serta menyantuni dan menyekolahkan anak-anak yatim.

Sekalipun beribadah itu tujuan hidup kita, namun janganlah berlebihan. 

Abdullah ibnu `Amr ra. mengungkapkan, bahwa Nabi saw. bertanya kepadanya, "Aku telah mendengar berita bahwa engkau senantiasa mat sepanjang malam, dan selalu berpuasa di siang harinya." Abdullah [fa `Amr menjawab, "Ya, aku mengerjakan hal tersebut." Lalu Rosulullah mbersabda, "Sungguh jika engkau mengerjakan hal itu niscaya matamu mgantuk dan tubuhmu lemah. Sungguh engkau berkewajiban memenuhi wtubuhmu dan keluargamu, karena itu berpuasalah dan berbukalah. Skiatlah dan tidurlah". (HR. Syaikhon)

Aisyah ra. menuturkan, bahwa Nabi saw. datang untuk menggilirnya, hksaat itu Aisyah sedang bersama seorang wanita. Nabi saw. bertanya, `Siapakah wanita ini?" Aisyah menuturkan, "Ya Rosulullah, dia adalah nduduk Madinah yang paling banyak ibadahnya. Dia tidak pernah tidur dam." Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Kerjakanlah ibadah menurut kemampuan kalian. Demi Allah, Dia tidak akan bosan sehingga `iian sendirilah yang bosan. Amal ibadah yang paling disukai oleh Allah SWT adalah yang dikerjakan secara terus-menerus". (HR. Lima Ahli ladits kecuali Tirmidzi).

Kedua hadits di atas menegaskan bahwa kita tidak diper­bolehkan ibadah secara berlebihan hingga tidak tidur malam. Sebab faedah yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan secara terus- menerus (rutin/berkelanjutan) walaupun sedikit. Misalnya sholat dhuha cukup dua rokaat saja, namun dilakukan setiap hari. 

Atau sholat tahajud sebanyak dua rokaat saja, tetapi dilakukan setiap malam. Demikian juga dengan ibadah membaca Al-Qur`an harus ilakukan secara rutin setiap hari, walaupun yang dibaca hanya satu `ain (ruku`). Hal itu ditegaskan dalam hadits berikut ini.  

Aisyah mgemukakan, Rosulullah saw. pernah ditanya (oleh seseorang), "Amal tjakah yang paling disukai oleh Allah?" Lalu Rosulullah saw. menjawab, `Yang terus-menerus dilakukan sekalipun sedikit." (HR. Syaikhon dan firmidzi)

0 komentar:

Posting Komentar