Minggu, 15 Desember 2013

Nabi Nuh Dan Banjir Besar

BAHTERA NABI NUH AS. 

Kisah bahtera Nabi Nuh dan banjir besar adalah salah satu legenda dunia yang diabadikan dalam sejumlah ayat-ayat Al Quran. Menurut sejumlah riwayat, Nabi Nuh as. diutus menjadi Rasul sepuluh abad setelah Nabi Adam as. Beliaulah manusia pertama yang membuat kapal untuk berlayar, tentu saja dengan petunjuk dari Allah SWT. Kapal buatannya itulah yang dikenal dengan nama Bahtera Nabi Nuh.

Pada masa itu, manusia benar-benar tenggelam dalam kesesatan dan kekafiran yang parah dengan menjadi penyembah berhala. Maka Allah Yang Maha Penyayang mengutus Nabi Nuh untuk meluruskan akidah manusia. “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepada mereka azab yang pedih.” (QS Nuh : 1)

Atas perintah Allah, maka Nabi Nuh pun mulai melancarkan dakwah, mengajak kaumnya untuk menyembah Allah. Namun kaumnya yang kafir tidak mempercayainya, justru menganggap pengikut Nabi Nuh sebagai manusia yang hina. Para pemuka kafir bahkan menuduh Nabi Nuh sebagai pendusta dan orang yang sesat. (QS Hud : 27). Dengan sabar, selama 950 tahun, Nabi Nuh terus mengajak kaumnya untuk menyembah dan beribadah hanya kepada Allah. Namun yang mau menjadi pengikutnya hanya segelintir jumlahnya.

Kaum Nabi Nuh bahkan mulai berani menantang Nabi Nuh. Mereka meminta beliau untuk membuktikan ancaman Allah berupa “azab pedih” yang selalu diceritakannya kala berdakwah. Nabi Nuh selalu mengingatkan eksistensi Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah. (QS Hud : 32). Terus-menerus ditentang oleh kaumnya, akhirnya dengan sedih Nabi Nuh mengadukan permasalahannya kepada Allah. “Ya Tuhanku sesungguhnya siang-malam aku telah menyeru kepada kaumku, namun seruanku itu justru membuat mereka semakin berpaling dari kebenaran. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (agar beriman) supaya Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan jari ke dalam telinga mereka dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.” (QS Nuh : 6-7)

Demikianlah perilaku kaum Nabi Nuh. Tak sedikit pun mereka mengindahkan nasihat Sang Nabi. Mereka bahkan saling mengingatkan agar tidak meninggalkan penyembahan terhadap Suwwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr—orang-orang saleh yang telah wafat dan patung-patungnya mereka jadikan sesembahan. Lalu Allah memerintahkan Nabi Nuh membuat sebuah bahtera. Dengan menggunakan petunjuk dan wahyu Allah, mulailah Nabi Nuh membuat bahtera itu. Ejekan datang bertubi-tubi saat pemimpin kafir melihatnya membuat kapal besar. Namun Nabi Nuh dengan sabar terus melanjutkan pembuatan kapal tanpa memedulikan ejekan kaumnya.

Setelah pembuatan kapal selesai, Allah lalu memerintahkan Nabi Nuh agar memuat kapal itu dengan binatang masing-masing sepasang (jantan dan betina), keluarganya, dan orang-orang yang beriman. (QS Hud : 40). Maka Nabi Nuh pun menyerukan kepada pengikutnya agar segera naik ke dalam kapal. Tak lama kemudian Allah menurunkan hujan badai yang tiada henti. Semua mata air di bumi memancarkan air, saling bertemu dan menimbulkan air bah yang sangat besar. Banjir tinggi melanda bumi dengan gelombang setinggi gunung. Itulah banjir terbesar dalam sejarah peradaban manusia!

Dalam kondisi genting, Nabi Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat jauh dan terpencil, namun tidak ikut naik ke kapal. Dengan sombong sang anak menolak, dan memilih mencari perlindungan ke atas gunung. (QS Hud : 42-43). Demikianlah, anak Nabi Nuh tidak mau menuruti ajakan ayahnya. Dia justru memilih bersama orang-orang kafir. Maka dia pun binasa dan tenggelam bersama mereka.

Hal yang sama terjadi pada istri Nabi Nuh. Dia pun ikut tenggelam bersama orang-orang kafir karena menolak ajakan suaminya untuk beribadah hanya kepada Allah saja. Satu pelajaran besar, bahwa istri seorang yang saleh dan berderajat Rasul pun dapat binasa karena azab-Nya. Maka suaminya itu tiada dapat membantunya sedikit pun dari (siksa) Allah. (QS At-Tahrim : 10)

Cerita tentang bahtera Nuh yang terjadi sekitar 4.800 tahun yang lalu itu banyak muncul dalam buku dan beberapa film. Sejumlah ahli sejarah dari berbagai negara pun telah lama penasaran dan ingin membuktikan kebenaran kisah ini. Untuk memecahkan misteri kapal Nabi Nuh, kelompok peneliti dari Cina dan Turki bergabung dalam ‘Noah’s Ark Ministries International’. Mereka selama bertahun-tahun melakukan misi pencarian sisa-sisa bahtera legendaris itu. Pada tanggal 26 April 2010, para peneliti ini mengumumkan temuan mereka. Bahtera Nabi Nuh ditemukan di Turki! Mereka mengaku menemukan bangkai kapal Nabi Nuh yang berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, Turki Timur. Wallahu ‘alam bishowab

Sumber: Kisahislami.com

0 komentar:

Posting Komentar