Frenemy?
Setiap orang pasti memiliki teman, entah itu hanya
satu teman atau yang punya banyak teman. Bahkan setiap orang pasti
memiliki teman baik atau sahabat yang selalu ada untuk mendampingi
langkah kita dalam suka maupun duka.
Teman, yang tahu segala sesuatu
tentang kondisi kita. Well, tak dapat dipungkiri terutama untuk
perempuan pasti membutuhkan teman curhat saat ada kabar bahagia maupun
saat ada masalah.
Tak jarang, dalam hubungan teman tersebut terjadi
selisih paham bahkan pertengkaran. Memang lumrah hal seperti itu
terjadi, karena dua otak di dalam dua tubuh yang berbeda tak selalu
mempunyai pemikiran yang sama.
Tapi, bagaimana jika seorang teman berubah menjadi musuh? Frenemy!
Istilah frenemy di dapat dari kalangan arti luar
negeri dimana mereka berteman tapi saling menusuk dari belakang. Atau
salah satu dari mereka yang memang bertindak layaknya musuh kepada
temannya. Istilah sederhananya musuh dalam selimut.
Frenemy adalah musuh yang tak terlihat dan jelas
lebih berbahaya daripada musuh yang sudah tampak nyata di kehidupan
kita. Menghadapi musuh tentu saja kita akan membuat berbagai macam
strategi dan meningkatkan kewaspadaan. Sedangkan bagaimana dengan
frenemy? Tindak tanduknya tak dapat kita lihat dengan kasat mata.
Seorang teman biasanya akan mendengarkan berbagai
macam curhatan, mendengar keluh kesah, berbabagai masalah, bahkan
rahasia. Tentu saja secara pelan-pelan frenemy bisa saja membunuh kita
yang nyatanya menganggap mereka adalah sahabat.
Mengapa harus ada frenemy?
Banyak faktor yang menyebabkan seorang teman bisa
menjadi seorang musuk dan berbalik arah menusuk kita dari depan maupun
belakang. Bisa jadi karena perselisilah dan perbedaan prinsip akan satu
hal yang akhirnya menimbulkan perpecahan. Kedengkian atau iri atas apa
yang kita miliki bisa menyebabkan seorang teman menjadi lawan. Hal
seperti ini yang sering terjadi, dengan dalih berteman namun seorang
frenemy akan memanfaatkan apa yang kita punya. Termasuk halnya perbedaan
status social yang lebih keren disebut labeling. Bisa jadi juga karena sifat dari teman kita yang tidak satu frekuensi.
Frenemy, tentu saja tak akan bermaksud baik kepada
kita dan kapan saja bisa melakukan serangan. Semua kartu mati kita yang
dulu pernah dicurhatkan bisa menjadi bumerang kepada kita.
Sejauh mana seorang teman bisa menjatuhkan temannya sendiri?
Ah, bukankah seorang teman itu sedianya saling
memberikan pundak masing-masing. Mendengarkan keluh kesah dan saling
mengingatkan jika ada sesuatu yang salah. Janganlah membuat diri kita
menjadi musuh bagi orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar