Islam mengajarkan untuk tidak meluapkan amarah
Menurut Al-Ghazali, kita memang tidak mungkin menghindari kemarahan.
Kemarahan yang baik dipicu oleh hal-hal yang baik. Sedangkan kemarahan
yang zalim dipicu arogansi, ‘ujub, senda gurau, kesia-siaan, pelecehan,
pencibiran, perdebatan, pertengkaran, penghianatan dan ambisi dunia.
Bila sudah telanjur marah, orang yang mencari keridhaan Allah akan
berusaha untuk meredam dan sedapat mungkin tidak meluapkan amarahnya.
Allah ridha pada manusia yang tidak meluapkan amarahnya, bahkan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ilmu agar mendekatkan ke
surga dan menjauhi neraka adalah dengan tidak meluapkan kemarahan.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda
Orang
kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang
mampu menahan nafsu amarahnya.(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Siapa yang
dikatakan paling kuat diantara kalian ?” Sahabat menjawab “yaitu
diantara kami yang paling kuat gulatnya”. Beliau bersabda : “Bukan
begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat mengendalikan nafsunya ketika
marah.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, bahwa seseorang berkata kepada
Nabi shalallahu alaihi wasallam “berwasiatlah kepadaku”. Beliau bersabda
“jangan menjadi seorang pemarah. Kemudian diulang-ulang beberapa kali.
Dan beliau bersabda “janganlah menjadi orang pemarah” (HR. Bukhari)
Dahulu ada seorang lelaki yang datang menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada
saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari
neraka.” Maka beliau bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu. Niscaya
surga akan kau dapatkan.”(HR. Thabrani)
Allah berfirmandan
Bersegeralah kepada ampunan
Tuhanmu dan surga seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi
orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang menginfaqkan rizkinya baik
dalam kemudahan maupun kesusahan, yang menahan marahnya, dan memaafkan
kepada manusia. Dan Allah menyukai orang yang berbuat baik dan
orang-orang yang apabila berbuat kekejian atau zalim kepada diri
sendiri, maka ia segera ingat kepada Allah, dan beristighfar kepada
Allah atas dosa-dosanya. Dan siapakah yang lebih mengampuni dosa selain
Allah ? Kemudian dia tidak meneruskan perbuatannya, meskipun dia
mengetahuinya (QS. Ali Imran : 133-135)
0 komentar:
Posting Komentar