Kamis, 31 Oktober 2013

Kehidupan Anak Manusia

Dari Sepuluh Telur Ayam Satu Tidak Menetas

Kehidupan anak manusia itu memang penuh misteri. Tiada yang tahu takdir dan nasib seseorang melainkan hanya Allah yang tahu. Meskipun berada dalam satu keluarga, tetapi nasib semua anak di dalam keluarga itu tidaklah sama.
 
Saya sering mengamati keluarga teman-teman saya, termasuk keluarga saya sendiri. Dalam satu keluarga biasanya ada saja satu anggota keluarga yang tidak “menjadi”, ada saja satu yang anomali. Misalnya dalam satu keluarga dengan lima orang anak, empat anak sukses dalam pekerjaan dan hidup mapan, tetapi satu orang lagi agak berbeda, dia tidak punya pekerjaan yang jelas, kerja serabutan, dan secara materi hidup kekurangan. Hidupnya menjadi “beban” saudara-saudaranya yang lain, tapi untung saja saudara-saudaranya yang sudah hidup mapan itu selalu membantunya.

Contoh lainnya, semua anak dalam keluarga sudah “mentas” (istilah orang Jawa), yang artinya sudah menikah, tetapi ada satu orang yang belum mendapat jodohnya sehingga menjadi perjaka tua atau perawan tua. Atau contoh yang lain, dari semua anggota keluarga yang sudah menikah, ada satu orang yang tidak mempunyai anak. 

Dalam bahasa orang Minang, satu anggota yang tidak menjadi itu disebut indak boneh. Ini istilah yang saya dengar dari almarhumah ibu saya. Dia mengambil perumpamaan dari telur ayam yang dierami induknya, dari sepuluh telur ayam ada saja satu telur yang tidak menetas. Telur ayam yang tidak menetas itulah yang disebut indak boneh atau tidak menjadi. 

Perumpamaan indak boneh itu disebut ibu saya yang seringkali merasa sedih dan prihatin bila mengingat nasib satu anaknya yang tidak punya pekerjaan untuk menghidupi keluarganya, sehingga saudara kami itu hidupnya selalu dibantu baik oleh ibu maupun dari kami suadaranya yang lain. Yo baitulah, adu juo ciek urang nan anaknyo indak boneh, kata ibu saya (yang artinya: ya begitulah, ada juga orang yang anaknya tidak menjadi). Sambil membandingkan dengan keluarga orang lain yang juga punya masalah yang sama, ibu saya akhirnya bisa menerima kenyataan itu.

Kalau dipikir-pikir memang ada juga benarnya, dalam satu keluarga ada saja satu anomali di antara anak-anaknya. Saya sendiri mengalami hal itu. Namun, saya pikir fenomena itu adalah misteri Sang Ilahi. Pasti Allah SWT punya maksud, mungkin fenomena tersebut sebagai hikmah pelajaran bagi manusia agar selalu bersyukur. Jangan selalu melihat ke atas, lihat juga yang di bawah. 

Allah yang menetapkan takdir seorang manusia tetapi manusia sendiri yang menentukan nasibnya.  

Wallahu Alam.

0 komentar:

Posting Komentar